Bidadari Senin Rabu Kamis
"Dayak 24, coba kamu baca nomor 1!" Ujar seorang Bidadari pahlawan tanpa tanda jasa.
"Gagasan utama inti bacaan tersebut adalah . . . C, Bu!" Balas Si Dayak 24 --salah satu dari 33 anggota Suku Dayak--.
"Baca dengan soalnya dong Dayak 24,"
"Banjir adalah ----------------. Penyakit bla bla bla,"
"Memangnya ada ya di bacaan tersebut kata bla bla bla?"
"Ada Bidadari!" Sebagai kepala Suku Dayak yang selalu membela Sukunya, kepala suku pun mengelak dengan niatan bercanda, berusaha menjawab pertanyaan-sindiran yang dilontarkan Sang Bidadari kepada Si Dayak 24.
Bidadari mulai bingung, ditambah dengan ekspresi imut-nya yang selalu hadir di setiap hari Senin, Rabu dan Kamis yang membuat hari-hari suku Dayak nano nano.
"Dimana? Di soal milik bidadari tidak ada."
Dengan sigap Sang Kepala Suku menulis bla bla bla di soal miliknya--milik Sang Kepala Suku-- (dengan niatan bercanda).
"Ini bidadari! Ada kan?" Kata Sang Kepala Suku setelah ia menulis bla bla bla tersebut dengan pensil.
Dengan emosi meluap, membanjir dan meletus yang lebih besar dari banjir bandang di Papua, letusan yang sangat dahsyat mengalahkan Gunung Krakatau di Selat Sunda juga emosi yang lebih meluap dari air yang sedang dimasak di dapur. Dengan tenangnya bidadari membalas,
"Siapa yang menulis ini Kepala Suku. Setahu Bidadari, tidak ada tulisan seperti ini,"
Dengan lantang, jujur dan berani Sang Kepala Suku pun menjawab,
"Tulisan saya dong bidadari."
Lalu anggota suku Dayak yang lain pun ikut membela,
"Ini ketikan komputer lah Bidadari. Tetapi komputer yang digunakan untuk membuat soal ini terkena virus, jadi huruf-nya seperti ini," bela seorang dayak.
"Juga printer-nya bermasalah Bidadari. Jadi print-out nya seperti itu." Dayak lain pun ikut membela.
--Lalu terjadi perdebatan yang sangat menegangkan dan mencekam antara Sang Bidadari dengan Sang Kepala Suku--
Bidadari mulai kewalahan karena sejauh ini hanya sedikit orang yang bisa mengalahkan argumentasi Sang Kepala Suku. Mungkin jika saya boleh menebak, otak sang bidadari sedang berdenyut kencang seperti jantung setelah melakukan push-up, juga sepertinya mulut Bidadari mulai akan mengeluarkan busa-busa kemurkaan.
Bidadari menyerah. Sebagai seorang Bidadari ia pun menanyakan pendapat apa yang harus dilakukannya sebagai seorang Bidadari yang baik hati.
"Kita sharing saja kalau begitu suku Dayak sekalian. Agar kedepannya atau hari Keumis depan kita bisa menjadi lebih baik lagi tidak seperti saat ini. Bidadari tau, Suku Dayak tidak suka dengan Bidadari. Namun Bidadari hanya minta Bidadari dihargai selama mengajar di Suku ini."
Semua anggota suku mulai terdiam. Bahkan Sang Kepala Suku yang selalu berusaha mendebat Sang Bidadari pun diam.
"Dayak 07, menurut kamu apa yang harus Bidadari lakukan? Bidadari tau Dayak 05 suka membicarakan Bidadari kan dibelakang Bidadari?" Kata Bidadari memulai pembicaraan kepada Si Dayak 07 yang sebelum Sang Bidadari murka sedang mendengarkan lagu seakan tidak menghargai Sang Bidadari.
Seluruh anggota Suku pun kembali ribut, mentertawakan Si Dayak 07 yang rahasianya diketahui oleh Sang Bidadari. Mungkin Sang Bidadari merupakan mantan finalis The Master? Entahlah, siapa yang tahu.
"Ah, tidak Bidadari. Saya mah anak baik-baik."
Jawab Si Dayak 07 dengan lugu dan polosnya dibalik tampangnya yang sangar.
Jawab Si Dayak 07 dengan lugu dan polosnya dibalik tampangnya yang sangar.
Disisi lain, seorang Dayak 08 mulai memikirkan apa yang telah di ucapkan oleh Bidadari sebelum perseteruan ini dimulai. Ia merasa ada sesuatu yang ganjil, karena itu ia mengangkat tangan kanannya,
"Bidadari! Bidadari pernah berkata bahwa kita harus mengucapkan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun tadi bidadari mengatakan hari Keumis. Bukankah tidak ada kata Keumis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bukankah yang ada itu adalah Kamis?"
"Iya Bidadari! Tadi Bidadari juga mengatakan buanyak. Bukankah di Kamus Besar Bahasa Indonesia juga tidak ada kata buanyak? Namun banyak?" Ucap seorang dayak lain mulai memikirkan kata-kata yang diucapkan Sang Bidadari ditengah perdebatan alot nya bersama Sang Kepala Suku tadi (di awal perdebatan yang tidak ditulis di sini).
Bidadari mulai meledak dan . . . teeeeeeengggggg. Bel berbunyi.
That's time to go home honeybee and stop this useless controversy, poor Angel.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
The others convertation :
"Bidadari sebenarnya suka lho sama Dayak 03. Dayak 03 itu manis. Tapi Dayak 03 tidak menyukai Bidadari ya?"
--------
"Saya itu orangnya humoris soalnya bidadari."
"Tapi bercanda ada waktunya. Kalau sedang belajar siapa yang ingin mendengarkan leluconmu?"
"KITA BIDADARI!"
--------
"Dayak 09 selalu ada kok dihati Bidadari."
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Dan masih banyak lagi yang lainnya. Pegel mamendd!
Saran Dayak 29 sih, yaudahlah sih Bidadari. Masa gara-gara bla bla bla aja diperpanjang. Tinggal minta Dayak 24 baca ulang tanpa menggunakan bla bla bla bisa kan? Gaperlu ribut dan diperpanjang gini. Udah gitu Dayak itu pada gak bisa diargumen, kalo pada gasuka ya gaksuka-nya frontal. Apalagi kalau Bidadari-nya mancing gini. Ribut kan jadinya.
Tapi tenang aja Bid, saya nggak benci/gak suka kok sama Bidadari, saya biasa aja. Hehehe. Mungkin faktor newbie angel aja kali ya, makanya Bidadari berlaga sok-sok an gitu di sini. Secara, sini gitu lho. Orang-orang nya mungkin Bidadari pikir pada gitu, mungkin Bidadari ngira nya kita angkuh atau belagu gitu makanya Bidadari ikut-ikutan kaya gitu, padahal kita mah ngga. Jadinya Bidadari belagu sama sok-sok-an sendiri, padahal kita nya enggak. Jadinya aja kan pihak Bidadari yang dianggap jahat. Jadi normal aja kaya yang biasa lainnya.
0 komentar: